Minggu, 15 Mei 2011

Membayangkan Seorang Pejabat Minim Pendidikan Formal

Oleh : Koting Tumangger,Sm.PAK
BILA penulis membayangkan para pejabat atau pemimpin disalah satu daerah pendidikan formalnya sangat minim ,tentu yang dipimpinnyapun bisa kebingungan mengikuti irama sipemimpin itu sendiri,dan terpaksa anggotanyapun selalu mangut-manggut walaupun kurang berkenan dihatinya .

Kalau sudah nasipnya
menjadi pemimpin atau pejabat didaerah itu,dengan cara apapun dibuat orang untuk menghalanginya tidak akan bisa, ,kareana sudah suratan tangannya dan rejekinya untuk menjadi pemimpin atau pejabat di daerah itu.
Namun walaupun sudah memegang salah satu tampuk kekuasaan seseorang tersebut jangan menganggap bahwa keberhasilannya menjadi penguasa didaerah itu,jangan terus menganggap dirinya yang paling hebat dari orang yang mempunyai pendidikan tinggi disekelilingnya atau sebagai anggotanya itu sendiri.
Bila ada niatnyanya sedikitpun bersikap sombong dan angkuh,dan inilah yang dikatakan manusia tidak tahu diri,aliasmanusia munafik,dan bolah juga disebut orang yang kurang memiliki pendidikan secara formal,apalagi tidak duduk dibangku perguruan tinggi mengikuti secara rutin alias tiap hari. Hal ini juga pasti menjadi preseden buruk dalam kepemimpinannya disatu lembaga,atau dengan kata lain tidak mampu untuk memimpin satu daerahnya sendiri.
Ketidak mampuan itu banyak terjadi polemik dalam kepemimpinanjnya itu sendiri, misalnya bila ada yang mengkritik kinerjanya yang kurang tidak menyentuh semua pihak,apakah itu kepada masyarakat secara umum, maupun kepada bawahanya,maka sipengkritik itu dianggap musuh bebuyutannya. Ini juga adalah merupakan satu kelemahan bagi dirinya karena minim,nya pendidikan formalnya dari sebelumnya. Bahkan dalam istilah jaman sekarang boleh juga disebut manusia bagaikan kacang akan lupa dari kulitnya,dan yang paling ekstrimnya disebut adalah manusia kualat,orang tidak tahu diri,tidak merasa bersyukur kepada orang yang memperhatikannya alias mendukukungnya ketika dia dalam proses untuk meraih suatu kekuasaan yang sudah diraihnya, bahkan cepat melupakan perjuangan dan jerih payah orang lain dalam memperjuangkan dirinya menjadi penguasa di daerah itu sendiri.
Bila sudah melupakan perbuatan baik orang lain terhadap dirinya,apalagi mengukur dengan materi sebagi balas jasa,itulah salah satu ciri khas yang minim pendidikan formalnya,alias tidak menduduki bangku sekolah seutuhnya,atau dengan istilah jaman sekarang hanya mendapat ijazah serba paket. Bila beliau juga melupakan suatu perjuangan untuk meraih keberhasilannya, sudah termasuk minim pendidikan formalnya, apalagi perjuangan itu dianggapnya faktor nasip semata.
Kalau ada tersirat dalam hatinya rasa sombong,angkuh, emosi cepat memuncak,dan menganggap dirinya yang paling hebat dan menganggap tidak bisa dikalahkan orang lain,tentu inilah salah satu ciri-ciri orang yang minim pendidikannya. Bila ada juga prinsipnya bahwa dalam kekuasaannya dianggap merupakan aji mumpung atau suatu kesempatan besar untuk meraih keuntungan semasa kekuasaannya, hal ini adalah tidak baik dan tanpa memikirkan perasaan orang lain, maka inilah salah satu ciri-ciri orang yang minim pendidikan formal alias memkaia ijazah serba paket.
Penulis tidak bisa membayangkan bila seorang pejabat itu selalu menutupi atas minim pendidkannya dengan menggunakan keegoisan,atau yang sering disebut orang menggunakakan kekuasaanya untuk menekan seseorang. Misalnya terungkap kata-kata yang kurang pantas sebagai seorang pejabat seperti ada istilah disebutkan,” Jangan coba-coba melawan arus,bila melawan arus akan hanyut”.
Tentu istilah itu bisa dipakai seorang pemimpin bila kinerja pemimpin itu juga baik kepada bawahannya, dan harus memikirkan kesejahteraan anggota. Dan tidak hanya menuntut untuk kepentingan peminpin itu sendiri. Bila demikian halnya terdapat disalah satu seorang pemimpin hanya memikirkan keuntungan pribadinya,maka disebut juga pemimpin yang minim pendidkannya formalnya.
Semoga tulisan ini menggugah pikiran para pejabat yang minim pendidikan formalnya supaya sadar diri atas kelemahannya,dan mau menerima saran atau pendapat orang lain untuk demi kemajuan daerah itu,dan jangan malu mintak pendapat atau saran kepada orang yang lebih tinggi pendidikannya walaupun dia itu adalah anggotanya sendiri, dan jangan menutupi kelemahannya dengan cara beraktiang seolah-olah lebih pintar dari orang yang mempunyai pendidikan formalnya lebih tinggi dari sipejabat atau sipenguasa itu sendiri.
Bila kita mau menerima pendapat dan saran orang lain secara positif untuk demi kesuksesan masa depan daerah itu sendiri,apa salahnya kita turuti prinsip orang yang berpendidikan formalnya lebih tinggi, atau dengan istilah jaman sekarang yang menyandang predikat S1,S2 dan S3. Dan jangan merasa gengsi atau menganggap kita ini dilecehkan oleh orang lain bila pendidikan formal kita yang minim,dan jangan sok pintar kalau tidak pintar.
Yang penting kita harus syukuri kepada Tuhan bahwa dalam kekurangan kita pasti diberikan kelebihan kita juga,artinya kalaupun kurang pendidikan formal kita,namun kita tetap merendahkan diri, Tuhan pasti tetap berpihak kepada kita,artinya Tuhan pasti memberikan petunjuk yang baik agar sukses selama dalam kepemimpinan seseorang tersebut .
Anda percaya apa yang disampaikan penulis ini ?.... Jawabnya ada juga pada saudara. ......Oke....(***)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar